HMPS SAA SUKSES GELAR DIALOG LINTAS AGAMA DAN BUDAYA
18 November 2024 2024-11-18 2:21HMPS SAA SUKSES GELAR DIALOG LINTAS AGAMA DAN BUDAYA
HMPS SAA SUKSES GELAR DIALOG LINTAS AGAMA DAN BUDAYA
saa.iainptk.ac.id. Pontianak, 14 November 2024
Himpunan Mahasiswa Program Studi Studi Agama-Agama IAIN Pontianak sukses menyelenggarakan Dialog Lintas Agama dan Budaya dengan tema “Resiliensi Nilai Keagamaan pada Kearifan Lokal di Era Modern”. Acara ini bertujuan untuk membangun pemahaman lintas agama, menghargai kearifan lokal, dan mendorong toleransi di tengah tantangan intoleransi yang kerap muncul di masyarakat modern.
Diskusi tersebut mengangkat kemampuan nilai-nilai keagamaan untuk bertahan dan beradaptasi dalam konteks kearifan lokal, seiring dengan perubahan yang dibawa oleh modernisasi. Tokoh-tokoh agama dari berbagai latar belakang memberikan pandangan mereka terkait tema tersebut. Dr. Felisitas Yuswanto, S.S., M.Hum., dari Agama Katolik menekankan pentingnya “seni perjumpaan” dalam membangun persaudaraan lintas agama, merujuk pada momen simbolis antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, yang mencerminkan persaudaraan antarumat beragama.
Budi Purwanto, M.Pd., dari Agama Buddha, menggarisbawahi dinamika agama Buddha yang terbuka terhadap budaya lokal, sebagaimana diajarkan oleh Buddha Gautama dalam Anguttara Nikaya 4.65, yang mendorong pengikutnya untuk menghargai tradisi lokal sambil tetap mempraktikkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari.
Sutadi, SH, dari Agama Konghucu, mengangkat konsep Yin Yang dan Zhong Shu, yang menekankan kebajikan seperti cinta kasih dan keadilan, serta pentingnya keseimbangan antara kesetiaan kepada Tuhan dan empati terhadap sesama dalam menjaga harmoni budaya dan agama.
Dr. Samsul Hidayat, MA, dari Agama Islam, mengingatkan bahwa nilai-nilai Islam yang terinternalisasi dalam budaya lokal, seperti gotong royong dan penghormatan terhadap orang tua, merupakan bentuk adaptasi keagamaan yang relevan dengan modernitas. Ia juga memperkenalkan board game “Harmoni Nusantara: Jalan Moderasi” sebagai mediaedukasi untuk membantu masyarakat memahami nilai moderasi beragama dan kearifan lokal secara interaktif.
Ir. Putu Dupa Bandem, MMA, dari Agama Hindu, mengaitkan agama dengan identitas etnis, mencontohkan bagaimana masyarakat Bali yang mayoritas Hindu dapat hidup berdampingan dengan keberagaman agama, mencerminkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, di mana identitas etnis tidak otomatis menentukan keyakinan agama seseorang.
Acara ini berhasil menciptakan ruang dialog yang inklusif, memperkuat nilai kebersamaan, dan menegaskan pentingnya toleransi di tengah keragaman budaya dan agama di era modern. Diharapkan, diskusi ini memberikan inspirasi untuk menjaga harmoni di tengah keragaman yang ada di masyarakat.
Penulis: Muhammad Akbar