Public Speaking di New Media

Dr. Amalia Irfani, M.Si

Judul diatas penulis dapatkan dari hasil diskusi pada mata kuliah Protokoler Dakwah di Program Studi Manajemen Dakwah FDKI IAIN Pontianak. Mahasiswa memiliki persepsi serupa bahwa, kemampuan berbicara didepan umum tidak didapat secara instan tetapi melalui sekelumit pengalaman.

Mereka mulai menyadari untuk siap terjun didunia kerja, seabrek keahlian harus dimiliki. Kompetisi yang bertambah ketat dengan semakin banyaknya lulusan perguruan tinggi, dan menjelang revolusi industri 5.0, menjadi ketakutan tersendiri bagi para gen z tersebut. Maka saat di motivasi pentingnya penguasaan materi pada sesi perkuliahan membuat mereka pun bersemangat. Sebagai pendidik sebuah kebahagiaan bisa memberikan  pemahaman berharga untuk bekal mereka kelak di masyarakat.

Lalu apakah deretan keahlian untuk sukses di dunia kerja?. Jawabannya tentu akan berbeda dari zaman ke zaman. Di era digitalisasi sekarang, kompetitor mungkin tidak lagi sesama manusia tetapi mau tidak mau bersaing dengan AI. Beberapa negara maju sudah memulai hal tersebut, seperti biasa Indonesia pun secara bertahap akan mengikuti. Maka agar siap menghadapi perubahan sosial yang tidak dapat diprediksi, generasi ini harus cerdas berdaptasi, tidak dominan bergantung pada kecerdasan buatan yang nyata merusak kemampuan analisis berpikir. AI memang tidak mungkin dihindari, tetapi bisa diminimalisir dengan menggunakannya secara bertanggung jawab. Hanya saja contoh nyata yang ada di masyarakat, membuat kita patut waspada.

Generasi ini dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi menjadikan AI sebagai alat mengerjakan tugas. Mereka kurang menyenangi literasi membaca seperti generasi sebelumnya. Padahal membaca sangat penting untuk melatih otak, meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Beberapa mahasiswa mengaku, terlalu bertele-tele jika harus membaca satu buku,  maka cukup dengan mencari kesimpulan buku tersebut melalui perangkat AI. Ini mungkin dapat disebut pergeseran nilai, sesuatu yang tampak biasa dipermukaan tetapi akan memunculkan ketimpangan sosial secara perlahan.

Urgensi Public Speaking

Public speaking tidak hanya sekedar seni berbicara didepan umum, untuk mempengaruhi massa. Tetapi sebuah skill untuk dapat bertahan hidup. Mengapa demikian, karena hampir semua profesi memerlukan keluesan berbicara, kecerdasan mengolah kata, kecermatan menempatkan diri, yang bisa didapat oleh individu yang menguasai ilmu atau pengetahuan tentang public speaking. Public speaking (retorika) menurut Aristoteles adalah seni dan ilmu persuasi melalui kata-kata, yang terdiri atas tiga elemen utama yakni ethos (kredibilitas), Logos (logika dan bukti), serta pathos (perasaan dan emosi). Ketiga elemen tersebut harus dikuasai agar pesan yang disampaikan dipahami, diterima dan akhirnya diikuti oleh target audiens yang diharapkan.

Dalam kehidupan kita sehari-hari pun public speaking akan membantu meningkatkan kepercayaan diri, mengurangi grogi atau demam panggung dan membuat seorang individu lebih mudah berkomunikasi untuk menghindari miskomunikasi. Bisa kita lihat sekarang sejak internet menjadi kebutuhan dengan berbagai platform media sosial yang dikonsumsi sesuai kebutuhan atau keinginan. Semakin banyak bermunculan influencer (artis media sosial) yakni seseorang terkategori memiliki massa, followers dan pengaruh besar, walaupun realitas yang ada, pengaruh  dimaksud tidak selalu bernilai positif.

Maka istilah selebritas Instagram (selebgram), Youtuber, konten kreator, TikToker menjadi salah satu profesi menjanjikan di new era. Mereka disebut selebritas internet sebuah istilah untuk menyebut siapapun  yang terkenal melalui internet. Para selebritas internet dituntut menguasai seni mempengaruhi orang lain, selain penampilan yang menarik, unik dan menghibur. Hal demikian juga harus dimiliki oleh para akademisi, pejabat pemerintah, pengusaha hingga mahasiswa, karena aktifitas yang tidak bisa tanpa bersinggungan platform digital seperti video konferensi, webinar, atau podcast.

Penulis adalah Ketua Program Studi SAA FUSHA IAIN Pontianak


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *