Strategi Pengelola Program Studi SAA IAIN Pontianak Mempertahankan Akreditasi Unggul

SAA_FUSHA. Program Studi Studi Agama Agama (SAA) Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUSHA) IAIN Pontianak, secara gencar mengimplementasikan berbagai strategi demi mempertahankan status akreditasi unggul yang telah diraih pada tahun 2024, berlaku hingga 2029. Akreditasi ini merupakan penentu utama kualitas pendidikan dan daya saing lulusan SAA di dunia kerja.

Dr. Amalia Irfani, M.Si. selaku Ketua Program Studi (Kaprodi), dan Syukron Wahyudhi, M.Ag. sebagai Sekretaris Program Studi (Sekprodi), menyadari bahwa mempertahankan status ini adalah tantangan yang krusial bagi masa depan prodi. Seluruh pihak dari institut, fakultas, hingga prodi, termasuk dosen senior dan alumni, turut terlibat aktif.

Dalam wawancara langsung (4/7), Amalia Irfani menjelaskan bahwa strategi utama mencakup perluasan jaringan kerja sama untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan mumpuni. “Kami berusaha melakukan sesuatu yang sudah pernah dilakukan oleh prodi sebelumnya, misalnya memperluas jaringan kerja sama,” ujarnya, tujuannya agar mahasiswa memiliki kompetensi dan mampu melihat peluang di dunia kerja. Senada dengan itu, Sekprodi Syukron Wahyudhi melalui wawancara via WhatsApp menambahkan bahwa fokus juga pada peningkatan standar mutu, baik administrasi, kapabilitas dosen, maupun kualitas mahasiswa.

Strategi ini telah dijalankan sejak SAA terakreditasi unggul pada tahun 2024, dengan evaluasi berkala setiap semester untuk memantau efektivitas program. Target pembaruan akreditasi berikutnya adalah tahun 2029.

Kaprodi Amalia dan Sekprodi Syukron sepakat bahwa ini krusial karena berdampak positif bagi semua pihak. Bagi mahasiswa, akreditasi menjadi nilai tambah saat melamar pekerjaan. Bagi dosen, ini meningkatkan kiprah mereka, dan bagi kampus, akreditasi ini meningkatkan daya saing secara keseluruhan. “Mempertahankan prodi unggul sebagai keharusan,” tegas Syukron Wahyudhi.

Dr. Amalia menyoroti tantangan terbesar adalah memotivasi mahasiswa agar lebih kreatif dan inovatif, mengamati rendahnya motivasi yang mungkin akibat paparan gadget berlebihan. “Mahasiswa sekarang itu kalau tidak diancam dengan nilai, mereka tak bergerak,” keluhnya. Tantangan lain menurut Sekprodi adalah menjaga dan meningkatkan animo masyarakat terhadap SAA. Meskipun anggaran terbatas, prodi memaksimalkan akses informasi digital dan berupaya melibatkan aktif mahasiswa, alumni, serta membuka komunikasi dengan orang tua untuk mendapatkan umpan balik eksternal. Dr. Amalia juga berencana memaksimalkan media sosial untuk memperkenalkan SAA sebagai prodi unggul.

Penulis : Uwais


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *