Pontianak, Rabu, 15/11/2023. saa.iainptk.ac.id

Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Studi Agama Agama (SAA) telah menyelenggarakan kegiatan Seminar Resolusi Konflik Agama dengan tema “Peta Konflik dan Langkah Potensial Menangkal Radikalisme dan Intoleransi di KALBAR”. Dihadiri oleh siswa kurang lebih 20 SMA sederajat, Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Ibu Cucu, S. Ag., M. Ag. Kepala Bagian Tata Usaha, Ibu Suyati, S.Ag dan Ketua Program Studi (PRODI) Studi Agama Agama (SAA) Bapak. Elmansyah, S. Pd. I., M. S. I. Serta para dosen Program Studi (PRODI) Studi Agama Agama (SAA) Dr. Ahmad Jais, M. Ag.

Para Pemateri Seminar Resolusi Konflik Agama

Eka Hendry AR S. Ag S. Pd. M. Si (Dosen IAIN Pontianak) dan Subandri Simbolon, M.A (Dosen STAKAT Pontianak) selaku pemateri menyampaikan tentang “Peta Konflik dan Langkah Potensial Menangkal Radikalisme dan Intoleransi di KALBAR” pada kegiatan Seminar Resolusi Konflik Agama yang diselenggarakan oleh HMPS SAA FUAD IAIN Pontianak, acara tersebut berlangsung pada Rabu, 15 November 2023 bertempat di Aula Abdul Rani. Dialog yang terlaksana itu diselenggarakan dalam format hybrid (offline dan online). Acara tersebut diikuti oleh ratusan peserta dari kalangan mahasiswa, dosen, guru, dan siswa.

Pada kesempatan kali ini Subandri Simbolon, M.A menyampaikan bahwa konflik yang terjadi di KALBAR merupakan tanggung jawab kita bersama. Maka dari itu beliau memberikan cara untuk menganalisis konflik melalui proses iceberg yang mana gunung es menjadi objek dari gambaran sebuah konflik. Bermula dari “Apa Sih Yang Terjadi?”, “Apa Saja Pola dan Tren Yang Menjadi Penyebab Konflik?”, “Sturuktur Penyebab Konflik”, “Mental Model Dari Suatu Konflik”.

“Nah, bagaimana sih sikap yang seharusnya kita ambil ketika berkonflik?”
“Apa harus menghindar dan menyerang? Atau lebih baik menghindar?”

“Jadi, jawabannya adalah berdamai. Iya kita bisa berdamai dengan memaafkan, bicara 4 mata dan mendatangkan penengah. Kemudian bagaimana resolusi untuk kaum muda karena kaum muda inilah yang akan meneruskan estafet perjuangan di KALBAR. Bapak Subandri merujuk pada 5 cara resolusi konflik pertama, memperluas ruang perjumpaan yang inklusif, adil dan damai. Kedua, kuatkan kapasitas berpikir kritis. Ketiga, membangun rasa bela rasa. Keempat, suarakan perdamaian, jangan diam. Kelima, jangan lelah berbuat baik” Ucap Subandri Simbolon, M.A.

Kemudian dilanjutkan penyampaian materi kedua yang disampaikan oleh Eka Hendry AR S. Ag S. Pd. M. Si, yang mana pada point pertama mengenai pemahaman terhadap konflik. Konflik itu sesuatu yang lumrah terjadi, beliau berpesan jangan lari dan jangan alergi dengan konflik. Konflik itu mengalami eskalasi sama dengan eskalator yang ada di mall-mall, naik dan turun. Dengan adanya perbedaan sudut pandang terjadilah gesekan yang menyebabkan cekcok mulut dan terjadilah sebuah konflik. Point kedua mengenai pemahaman realitas sosial, sebagai contoh konflik komunal adalah konflik besar yang melibatkan masyarakat yang mendiami suatu tempat tertentu, biasanya konflik komunal ini terjadi karena kemiskinan yang terlalu dalam dan akar masalahnya cenderung serius.

Penulis : Dinda Nabila Mawaddah

Leave a Comment