Pontianak, Rabu, 19/10/2022. saa.iainptk.ac.id.

Ketua Prodi Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Pontianak Elmansyah, S. Pd.I., M. S. I menjadi salah satu pemateri pada Webinar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ia bersanding dengan narasumber hebat lainnya, yaitu Prof. Dr. Sarwit Sarwono, M. Hum dari Universitas bengkulu dan Dr. Fatmawati Adnan, M. Pd dari Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas BRIN.

Tentu kehadiran salah satu civitas akademika terbaik IAIN Pontianak di forum bergengsi ini melengkapi perspektif keilmuan narasumber lainnya. Mengusung tema “Merangkai Kebinekaan Melalui Pemahaman Bahasa, Sastra, dan Budaya di Nusantara”, kegiatan tersebut berlangsung di dunia maya melalui aplikasi zoom pada Rabu, 19 Oktober 2022.

Dalam kesempatan tersebut, Elmansyah membawakan tema keislaman dan keborneoan dengan tajuk materi Lingkar TiDaYu; Konstruksi Agama dan Budaya Masyarakat Kalimantan Barat. Ia pun memberikan gambaran dan ulasan yang komprehensif tentang keberagamaan keagamaan dan kebudayaan di pulau terbesar di Indonesia ini. Presentasi yang disampaikan tersebut berpasis pada pengamatan, survey dan hasil penelitian ilmiah. Keragaman khazanah agama dan budaya yang dihadirkan menarik minat sebagian besar peserta webinar yang notabene akademisi dan peneliti. “Kalimantan Barat adalah miniatur Indonesia yang memuat intensitas keragaman yang tinggi. Berbagai agama dan suku bangsa hidup berdampingan dengan harmonis di dalamnya. Hal tersebut tidak lepas dari peran para pemuka agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan pemerintah yang tak henti-hentinya memelihara relasi yang positif di antara mereka,” papar Ketua Prodi Studi Agama-Agama FUAD IAIN Pontianak itu.

Dalam hal konstruksi agama dan budaya, Elmansyah mematahkan beberapa mitos atau stigma negatif yang sering disalahpahami oleh orang-orang yang tidak pernah memijakkan kakinya di tanah Borneo. Pelurusan pandangan ini tentu sangat penting dilakukan guna membangun paradigma yang lebih ramah dan konstruktif terhadap masyarakat agama dan masyarakat adat yang ada di Kalimantan Barat. 

“Bagi kebanyakan orang luar Kalimantan melekat beberapa pemahaman yang perlu dibenarkan. Hal tersebut seperti stigma bahwa orang Dayak pastilah nonmuslim atau orang Melayu pasti Islam. Memang dulu pernah mapan teori yang menyatakan bahwa orang Dayak yang masuk Islam akan menjadi Melayu. Namun anggapan tersebut mendapat koreksian dari banyak akademisi dan masyarakat adat. Bahwa konversi agama seseorang tidaklah dapat merubah identitas kesukuannya,” tuturnya.

Ditemui langsung usai menjadi pemateri pada kegiatan tersebut, Elmansyah menyatakan harapannya. 

“Saya berharap keikutsertaan saya dalam lingkaran kegiatan BRIN dapat membuka kesempatan yang lebih besar bagi civitas akademika IAIN Pontianak untuk dapant berkolaborasi aktif dalam berbagai penelitian di lembaga strategis tersebut. Secara kelembagaan, saya juga berkepentingan menggemakan visi lembaga yang terkait tema keislaman dan kebudayaan Borneo di kancah yang lebih luas,” ujarnya singkat.

Penulis: Andry Fitriyanto

Leave a Comment